Subscribe For Free Updates!

We'll not spam mate! We promise.

Ramalan jayabaya vs suku maya vs suku jawa vs Data Mining + Data Werehouse


http://www.kutembak.com/wp-content/uploads/2013/06/ramalanbintang2011.gifAda perbedaan mendasar antara ramalan suku Maya kuno dengan ramalan Jayabaya. Terutama dalam hal meode ramalannya. Perihal hasil ramalannya boleh dikatakan serupa, yaitu membahas tentang keadaan kemasyarakan pada masa-masa tertentu. Jaman akan terus mengalami perubahan. Tiap-tiap perubahan itu mempunyai karakter sendiri, sehingga sifat kepemiminan yang melekat pada tiap-tiap jaman juga berbeda. Meskipun istilahnya berbeda, namun substansinya bisa dianggap serupa. Metode ramalan Suku Maya Kuno diperoleh melalui pengamatan perilaku alam, terutama yang data utamanya didapatkan dari catatan-catatan astrologi. Pada kondisi posisi bintang tertentu akan berdampak pada keadaan tertentu. Umumnya kepemimpinannya masyarakat juga bisa dibaca dari tanda-tanda alam tersebut. Selain dengan posisi bintang, arah angin, posisi matahari, dan perilaku lainnya juga menjadi perhitungan. Sedangkan pada ramalan Jayabaya bukan seperi itu. Jayabaya melakukan peramalan berdasarkan ilmu ilmu yang dipelajari, dari para sesepuhnya, maupun dari hasil pencariannya hingga ke negeri-negeri jauh. Dari banyaknya ilmu yang dipelajari itu, Jayabaya mempunyai ilmu yang dijadikan basis peramalan. Ilmu tersebut adalah ilmu yang ketika diaplikasikan bisa membuat Jayabaya itu menjadi dua wujud. Wujud yang satu berada di dimensi sekarang, sedang wujud kedua berada pada dimensi masa depan. Ada dimensi kedua ini Jayabaya lalu bisa melihat apa yang telah terjadi di masa depan. Karena ia sendiri telah mengalami. Dari apa yang dialami itulah yang kemudian dituturkan, dan oleh masyarakat itu disebut sebagai ramalan atau jangka. Ketika menjelaskan apa yang dipaparkan di atas, Jayabaya juga mengatakan bahwa dia pernah mengalami “mati” beberapa kali. Di setiap kematiannya itu dia berada di jaman yang berbeda-beda. Jaman-jaman ini mempunyai karakter yang berbeda, baik keadaan masyarakatnya, kepemimpinannya, kesejahteraannya, dan sebagainya. Jaman-jaman itulah yang digambarkan sebagai jaman kaliyuga, kalabendu, kalasuba, dan sebagainya. Kepemimpinannya juga disebut beragam, ada satria pinandita, satria piningit, satria nglembara, dan sebagainya. Apa yang dialaminya itu merupakan pengalaman spiritual tingkat tinggi, yang mungkin hanya akan dialami oleh para pendaki spiritualitas seperti seorang yang bernama Jayabaya tersebut. Ilmu yang menghasilkan pengalaman seperti diceriterakan itu disebutnya sebagai ilmu dimensi. Ilmu ini menurut pengakuan Jayabaya berasal dari orang-orang Yunani, yang didapatkannya ketika ia berkelana keliling dunia dalam masa-masa pencariannya. Tentang hal ini, sejarah memang tidak pernah mencatat tentang apa yang dialami oleh Jayabaya. Bahkan pada dasarnya jayabaya adalah seorang petualang juga tidak pernah tercatat. Padahal, sebelum orang lain belajar ke luar negeri, Jayabaya telah belajar ke luar negeri. Ketika orang lain ke luar negeri hanya untuk berdagang, Jayabaya melakukannya untuk belajar. Beberapa negeri pernah dikunjungi, seperti India, Iran, Irak, Yunani, Turki. Di India ia mempelajari pokok-pokok ajaran agama Hindhu. Mulai dari ritualnya hingga Ia mempelajari falsafah-falsafahnya. Dari apa yang dipelajarinya itu diramu ulang untuk disesuaikan dengan karakter masyarakat Jawa. Tentu saja beliau sangat memahami dengan baik tentang kesamaannya dan perbedaannya ilmu-ilmu yang didapatkannya itu dengan ajaran Jawa. Di India itu juga ia mempelajari Budha. Bahkan menurut pengakuannya, Ia belajar Budha di India hingga mendapatkan pencerahan. Perihal pencerahan yang dialami dialami itu dituturkannya dengan bentuk gambaran bahwa alam semesta ini ada di genggaman tangan yang satu sedangkan dimensi waktu ada di genggaman tangan yang lain. Dan ketika dia menyadari bahwa ada ruang dan waktu di genggamannya, ternyata waktu dan ruang itu menjadi hancur. Setelah hancurnya ruang dan waktu itu ia menemukan sosok orang yang tidak ia kenal. Dari sosok itu ia menjadi mengetahui ada beberapa sisi yang memenuhi dimensi pencerahannya. Sisinya berbeda-beda tetapi tetap pada satu. Setelah sadar dari situ, atau setelah kejadian itu, ia menjadi terinspirasi akan suatu konsep untuk membentuk tata kehidupan masyarakat. Setelah pulang dari pengembaraannya itu membawa konsep Bhineka Tunggal Ika. Konsep itu yang lalu diaplikasikan di pemerintahan ketika Jayabaya menjabat sebagai Maharaja. Konsep itu meskipun telah diimplementasikan elum diberi nama. Konsep itu baru terkenal bernama Bhineka Tunggal Ika setelah dituliskan pada kitab Negara Kertagama. Meskipun telah mengalami pencerahan, Jayabaya tetap melanjutkan pengelanaannya hingga ke Timur Tengah dan Yunani. Dalam rangkaian perjalanannya itu Jayabaya juga mempelajari berbagai kepercayaan yang ada di Timur Tengah dan Asia Kecil. Bahkan ia juga memelajari tentang bagaimana seseorang mengaplikasikan teknik sihir, tipu daya dengan berbagai alat. Tentang dunia mistik Arab juga dipelajari. Setelah pulang dari pengembaraannya itu, ia mengembangkannya dan mengajarkannya kepada masyarakat dalam kemasan ilmu kejawen. Bentuk-bentuk pengaruh dari budaya yang didapatkan dari perjalannanya itu nyata melekat dalam ajaran kejawen. Meskipun tidak banyak, namun keberadaan pengaruh itu mudah didapatkan. Sebagai contohnya adalah penggunaan tulisan Arab dalam bentuk rajah. Rajah yang dituliskan dengan dimensi geometris tertentu itu didapatkan dari gabungan keilmuan Arab, Yunani, dan juga Persia Kuno. Lalu dikemasnya dengan substansi Kejawen. Jadi, dari situ kita mulai tahu bahwa budaya rajah itu telah ada sebelum jaman Majapahit. Itu merupakan kebudayaan yang diserab dari Arab oleh jayabaya. Walaupun, agama Islam belum masuk secara massif ke negeri Jawa. Namun proses Arabisasi sudah terjadi, dengan pionernya Jayabaya. Yang dimulai dari penggunaan tulisan dan keilmuan mistik Arab oleh Jayabaya.


Pengertian data mining
Data Mining adalah serangkaian proses untuk menggali nilai tambah dari suatu kumpulan data berupa pengetahuan yang selama ini tidak diketahui secara manual. Patut diingat bahwa kata mining sendiri berarti usaha untuk mendapatkan sedikit barang berharga dari sejumlah besar material dasar. Karena itu Data Mining sebenarnya memiliki akar yang panjang dari bidang ilmu seperti kecerdasan buatan (artificial intelligent), machine learning, statistik dan database. Data mining adalah proses menerapkan metode ini untuk data dengan maksud untuk mengungkap pola-pola tersembunyi. Dengan arti lain Data mining adalah proses untuk penggalian pola-pola dari data. Data mining menjadi alat yang semakin penting untuk mengubah data tersebut menjadi informasi. Hal ini sering digunakan dalam berbagai praktek profil, seperti pemasaran, pengawasan, penipuan deteksi dan penemuan ilmiah. Telah digunakan selama bertahun-tahun oleh bisnis, ilmuwan dan pemerintah untuk menyaring volume data seperti catatan perjalanan penumpang penerbangan, data sensus dan supermarket scanner data untuk menghasilkan laporan riset pasar.
Alasan utama untuk menggunakan data mining adalah untuk membantu dalam analisis koleksi pengamatan perilaku. Data tersebut rentan terhadap collinearity karena diketahui keterkaitan. Fakta yang tak terelakkan data mining adalah bahwa subset/set data yang dianalisis mungkin tidak mewakili seluruh domain, dan karenanya tidak boleh berisi contoh-contoh hubungan kritis tertentu dan perilaku yang ada di bagian lain dari domain . Untuk mengatasi masalah semacam ini, analisis dapat ditambah menggunakan berbasis percobaan dan pendekatan lain, seperti Choice Modelling untuk data yang dihasilkan manusia. Dalam situasi ini, yang melekat dapat berupa korelasi dikontrol untuk, atau dihapus sama sekali, selama konstruksi desain eksperimental.
Beberapa teknik yang sering disebut-sebut dalam literatur Data Mining dalam penerapannya antara lain: clustering, classification, association rule mining, neural network, genetic algorithm dan lain-lain. Yang membedakan persepsi terhadap Data Mining adalah perkembangan teknik-teknik Data Mining untuk aplikasi pada database skala besar. Sebelum populernya Data Mining, teknik-teknik tersebut hanya dapat dipakai untuk data skala kecil saja.


Kesimpulan.
Ramalan joyoboyo, suku maya, suku jawa dan Ramalan versi Matematis yakni Data mining + Data werehouse sebenarnya mempunyai inti yang sama. Yaitu mengumpulkan data masa lalu kemudian dijadikan data baru atau informasi baru yang bisa dipergunakan untuk masa sekarang atau meramalkan masa depan.
Sebenarnya jika kita mau melihat, membaca dan merenungkan proses kejadian alam semesta ini maka kita akan menemukan suatu perputaran dunia yang sama. Misalkan kita membaca sejarah sebuah kerajaan. Pasti lah ceritanya akan tidak jauh beda dengan masa-masa kerajaan lain yaitu dimana ada masa pembangunan kerajaan, masa perjuangan, masa kejayaan hingga masa kehancuran kerajaan tersebut.
Contoh lain di masyarakat jawa ada sebuah ramalan hitungan yang mengatakan jika seorang kelahiran weton tertentu lalu menikah dengan wanita weton tertentu dan hasil kelipatan wetonnya sama dengan 5 maka sudah bisa diprediksikan akan meninggal salah satu atau minimal ketidak adaannya keharmonisan rumah tangga mereka. Bahkan yang lebih ekstrim ternyata ramalan suku jawa bisa digunakan untuk menghitung hari serta jam kematian seseorang jika dihitung dari tanggal lahirnya. SubhanaAllah… percaya tidak percaya itulah adat budaya kita..
Seorang sahabat Rosulullah pernah berpesan bahwa kita diperintah ilmu perbintangan sekedar untuk mengetahui arah mata angin. Dan ketika sudah menguasainya maka cukuplah sampai disitu. Janganlah kita membongkar rahasia Allah.

Hanya Allah lah yang maha benar dan maha mengetahui., salam hormat Naufal syauqi

Socializer Widget By Blogger Yard
SOCIALIZE IT →
FOLLOW US →
SHARE IT →

0 komentar:

Post a Comment