Subscribe For Free Updates!

We'll not spam mate! We promise.

MAKALAH PANCASILA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA









PANCASILA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA











MAKALAH








Oleh: Rachmat Susatyo













WORKSHOP KESEJARAHAN Pembelajaran Sejarah dalam Pengembangan Jatidiri Bangsa” Medan, 28-31 Mei 2008











PANCASILA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA



Oleh: Rachmat Susatyo




Pengantar

Suatu  bangsa  mutlak  perlu  memiliki  suatu  dasar  Negara,  sebab dasar Negara merupakan rambu bagi arah suatu pemerintahan agar sesuai dengan tujuan  yang dicita-citakan. Sejalan dengan Mukadimah Undang- undang Dasar 1945, maka cita-cita kemerdekaan Indonesia adalah  mewu- judkan suatu  masyarakat yang adil  dan  makmur  berdasarkan  Pancasila. Dengan demikian, kemudian, Pancasila bukan  saja sebagai dasar negara, tetapi sekaligus juga telah menjadi tujuan kehidupan  berbangsa dan ber- negara.

Dengan  dasar Negara  Pancasila  dan  tujuan  masyarakat  yang adil dan  makmur  berdasarkan  Pancasila,  maka  tidak  dapat  tidak,  pedoman atau cara-cara  guna  mencapai tujuan  tersebut juga  harus Pancasila. Se- hingga, dapat dikatakan, dari  (dasar) Pancasila - dengan (pedoman) Pan- casila  - untuk  Pancasila.  Jika  salah  satu  komponen  ini  tidak  terpenuhi, maka tujuan untuk mewujudkan masyarakat  yang  adil dan makmur ber- dasarkan Pancasila tidak mungkin dapat terwujud.

Seperti halnya demokrasi: dari rakyat- oleh   rakyat - untuk rakyat. Jika  salah  satu  komnponen  ini diganti,  atau  tidak  terpenuhi, maka  itu berarti sudah tidak  demokratis lagi. Sebagai contoh: dari rakyat - bukan oleh rakyat untuk rakyat maka bukan demokrasi lagi. Atau: dari rakyat
oleh rakyat tetapi bukan untuk rakyat, juga bukan demokrasi. Apalagi







1








jika bukan dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat sekalipun, juga bukan demokrasi.  Oleh  sebab  itu,  dengan  dasar  Pancasila  harus  berpedoman Pancasila dan harus bertujuan masyarakat yang Pancasila juga. Jika hal itu tidak terpenuhi, maka dasar negara dasar negara yang Pancasila, pedoman yang Pancasila dan tujuan yang Pancasila  juga tidak mungkin terwujud.

Adanya  realita   semacam  ini,  menunjukkan  bahwa   arti  dan   fungsi Pancasila  bukan  saja  menjadi dasar  negara, tetapi juga  mempunyai arti dan fungsi yang semakin banyak lagi. Kedudukan dan fungsi Pancasila da- pat menjadi:

1.   Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia

Hal ini berarti bahwa Pancasila melekat erat pada kehidupan bangsa Indonesia,   dan  menentukan  eksistensi  bangsa  Indonesia.  Segala aktivitas bangsa Indonesia disemangati oleh Pancasila.

2.  Pancasila adalah kepribadian bangsa Indonesia:

Hal  ini  berarti  bahwa  sikap  mental,  tingkah  laku  dan  amal  per- buatan   bangsa  Indonesia  mempunyai  ciri-ciri                                                         khas  yang  dapat membedakan dengan bangsa lain. Ciri-ciri khas inilah yang dimak- sud dengan  kepribadian, dan kepribadian bangsa Indonesia adalah Pancasila.

3.  Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia:

Hal ini berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dipergunakan  sebagai  petunjuk,  penuntun,  dan  pegangan  dalam mengatur  sikap dan  tingkah  laku  manusia  Indonesia  dalam kehi- dupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4.  Pancasila adalah falsafah hidup bangsa Indonesia:







2








Falsafah berasal dari kata Yunan philosophia.  Philos atau  philein berarti to  love  (mencintai  atau  mencari). Sophia  berarti wisdom, kebijaksanaan  atau kebenaran. Jadi secara harafiah, falsafah berarti mencintai kebenaran. Dengan demikian, Pancasila sebagai  falsafah hidup  bangsa  Indonesia  mempunyai   arti  bahwa,  Pancasila  oleh bangsa Indonesia diyakini benar-benar memiliki  kebenaran. Falsa- fah  berarti  pula  pandangan  hidup,  sikap  hidup,  pegangan  hidup, atau tuntunan hidup.

5.  Pancasila  sebagai weltanshauung bangsa             Indonesia  atau  sebagai

philosophische grondslag bangsa Indonesia:

Kata-kata  ini  diucapkan  oleh  Ir.  Soekarno  dalam  pidatonya  pada tanggal  1  Juni 1945 di muka  sidang BPUPKI. Welt berarti dunia, anshauung berarti     pandangan.   Dalam   kamus   Jerman-Inggris weltanschauung  diberi arti conception of the world, philosophy of life. Jadi weltanschauung berarti pandangan dunia atau pandangan hidup,  atau  falsafah  hidup  atau  philoshopischegrondslag                        (dasar filsafat).

6.  Pancasila adalah perjanjian luhur rakyat Indonesia:

Hal ini berarti bahwa Pancasila telah disepakati dan disetujui oleh rakyat  Indonesia melalui perdebatan dan tukar pikiran baik dalam sidang BPUPKI  maupun PPKI oleh para pendiri negara. Perjanjian luhur      tersebut                 dipertahankan               terus    oleh  negara           dan       bangsa Indonesia. Kita semua mempunyai janji untuk melaksanakan, mem-
pertahankan serta tunduk pada azas Pancasila.












3








7.  Pancasila adalah dasar Negara Repbuplik Indonesia:

Hal  ini  berarti  bahwa  Pancasila  dipergunakan  sebagai  dasar  dan pedoman   dalam   mengatur   pemerintahan   dan   penyelenggaraan negara.  Isi  dan  tujuan  dari  semua  perundang-undangan  di  Indo- nesia  harus  berdasarkan,  Pancasila  dan  tidak  boleh  bertentangan dengan  jiwa   Pancasila.   Pancasila   dalam   pengertian   ini  disebut dalam Pembukaan UUD 1945.

8.  Pancasila adalah landasan idiil:

Kalimat ini terdapat        dalam ketetapan MPR mengenai Garis-garis Besar  Haluan Negara (GBHN). Hal ini berarti, bahwa landasan idiil GBHN adalah Pancasila.

Arti dan fungsi Pancasila sebenarnya masih banyak lagi, sa- lah satunya adalah: Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa.



Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa

Sila ketiga Pancasila, yakni Sila Persatuan Indonesia. Artinya, bahwa  Pancasila  sangat  menekankan  dan menjunjung  tinggi  per- satuan bangsa.  Hal ini berarti, bahwa Pancasila  juga  menjadi alat pemersatu  bangsa.  Disebutnya  sila  Persatuan  Indonesia  sekaligus juga menunjukkan, bahwa  bangsa Indonesia  memiliki perbedaan- perbedaan.  Apakah  itu  perbedaan  bahasa  (daerah),  suku  bangsa, budaya, golongan kepentingan, politik, bahkan juga agama. Artinya, bahwa para pemimpin bangsa, terutama mereka yang terlibat dalam penyusunan   dasar   negara,   sangat  mengerti   dan   sekaligus   juga
sangat  menghormati  perbedaan  yang  ada  di  dalam  masyarakat








4








Indonesia.      Mereka      juga      menyadari      bahwa      perbedaan       sangat potensial  menimbulkan  perpecahan  bangsa,  dan  oleh  sebab  itu mereka  juga sangat menyadari pentingnya persatuan bagi   bangsa Indonesia.   Pencantuman  Sila   Persatuan   bagi   bangsa   Indonesia selain  menyadari  pentingnya  persatuan  bagi  kelangsungan  hidup bangsa, juga  menunjukkan  adanya  pemahaman  bahwa  perbedaan itu  suatu  realita  yang  tidak  mungkin  dihilangkan  oleh  manusia. Perbedaan sesungguhnya adalah suatu hikmah yang harus disukuri, dan bukan sesuatu yang harus diingkari. Apalagi harus dihilangkan dari muka bumi ini.

Perbedaan adalah  juga  kodrati yang ada  di mana-mana, di negara   manapun  juga  dan  di  bangsa  manapun  juga.  Menyikapi realita  semacam                           ini,  jalan  keluarnya  tidak  dapat  tidak  adalah menjadikan perbedaan yang ada sebagai suatu kekayaan yang justru harus             dijunjung      tinggi     dengan  mengutamakan   persatuan          dan kesatuan  bangsa  di  atas  kepentingan  pribadi,  golongan  maupun daerah.  Dalam  wacana  nasional   maka  barometer  yang  harus  di- junjung  tinggi   adalah  kepentingan  nasional,  dan   bukan  kepen- tingan yang  lebih kecil,  lebih rendah, ataupun yang  lebih sempit. Dengan  kesadaran  semacam  ini,  maka  terlihat  jelas  bahwa  per- satuan bangsa sesungguhnya nilai luhur  yang seharusnya dijunjung tinggi  oleh  semua  umat  manusia.  Karena  pada  hakekatnya,  per- pecahan atau pertikaian justru akan menghancurkan umat manusia itu sendiri.
Seloka Bhineka tunggal Ika memang sangat tepat untuk di- renungkan   kembali   esensi   dan   kebenaran   yang   terkandung   di dalamnya. Karena pada hakekatnya semua bangsa, semua manusia







5








memerlukan  persatuan  dan  kerjasama  di  antara  umat  manusia. Kerjsama butuh persatuan, dan persatuan butuh perdamaian. Oleh sebab  itu  perpecahan  sebagai  lawan  dari  persatuan  mutlak  perlu dihindari dan disingkirkan dari kehidupan bermasyarakat, berbang- sa dan bernegara. Dari penjelasan ini, kita semakin tahu dan sadar, bahwa  Sila  Persatuan  Indonesia  sangat  tepat  dicantumkan  dalam dasar negara, mengingat kebenaran dan  kebutuhan yang dihadapi oleh seluruh umat manusia.



Penutup

Sebagai pemersatu bangsa, Pancasila mutlak diperlukan oleh seluruh generasi bangsa. Sekalipun bangsa Indonesia yang sekarang sudah bersatu, tidak berarti Pancasila tidak diperlukan lagi. Karena yang disebut bangsa Indonesia bukan hanya yang sekarang ini ada, tetapi  juga  yang  nanti akan  ada.  Selama  masih  terjadi  proses re- generasi, selama itu pula Pancasila sebagai pemersatu Bangsa masih tetap kita perlukan. Itu berarti, selama masih ada bangsa Indonesia, selama  itu  pula  masih  kita  perlukan  alat  pemersatu   bangsa.  Ini berarti, bahwa selama masih ada bangsa Indonesia, maka Pancasila sebagai dasar negara  masih tetap kita butuhkan. Ini sekaligus mem- buktikan kebenaran Pancasila, baik selaku  dasar Negara, maupun sebagai  kepentingan lain. Sehingga Pancasila menunjukkan memi-
liki banyak fungsi atau multy function.














6








DAFTAR PUSTAKA




Bahan Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Panca- sila. 1990. Jakarta: BP-7 Pusat.

Darmodihardjo,        Dardji.      1997.   Orientasi       Pancasila.       Malang: Universitas Brawijaya.
---------, et.al 1981. Santiaji Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional. Moedjanto, G.        1989.  Pancasila:       Buku                                   Panduan                   Mahasiswa.
Jakarta: Gramedia.

Notonagoro.   1974.  Pancasila  Dasar   Falsafah   Negara.   Jakarta: Pantjuran Tudjuh.

Oesman, Oetojo dan Alfian (Ed). 1991. Pancasila sebagai Ideologi: Dalam  Berbagai          Bidang                  Kehidupan      Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: BP-7 Pusat.

Panitia Lima, 1997. Uraian Pancasila. Jakarta: Mutiara.

Pedoman  Penghayatan   dan  Pengamalan  Pancasila   (Ketetapan
MPR No II/MPR/1978). 1990. Jakarta: BP-7 Pusat.

Pranarka,  A.M.W.  1985  Sejarah  Pemikiran   Tentang   Pancasila.
Jakarta: CSIS.

Soekarno.t.th. Lahirnya Pancasila. Jakarta: Deppen.

Sunoto,  1982. Mengenal  Filsafat  Pancasila. Seri  pertama,  kedua, ketiga,   keempat.  Yogyakarta:  Bagian   Penerbitan   Fakultas Ekonomi UII.

Undang-undang Dasar 1945. 1990. Jakarta: BP-7 Pusat.

Wahyono, Padmo. 1984.  Bahan-bahan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila. Jakarta: Aksara Baru.

YAmin,   Muhammad.   1971.  Naskah   Persiapan   Undang-undang
Dasar 1945. Jakarta: Siguntang.














7

Socializer Widget By Blogger Yard
SOCIALIZE IT →
FOLLOW US →
SHARE IT →

0 komentar:

Post a Comment