MAKALAH
SUMBER ILMU PENGETAHUAN DAN
METODENYA
Disusun oleh :
Nama : Naufal Syauqi
NIM : 11622045
Kelas : A Sore
FAKULTAS TEKNIK PRODI INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2013
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT pencipta alam semesta yang menjadikan bumi dan isinya
dengan begitu sempurna. Tuhan yang menjadikan setiap apa yang ada dibumi
sebagai penjelajahan bagi kaum yang berfikir. Tidak lupa sholawat serta salam
kami curahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan umatnya hingga akhir zaman. Dan sungguh berkat limpahan rahmat -Nya
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini demi memenuhi tugas mata kuliah
Al-islam Dan Kemuhammadiyaan III.
Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga
dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi lebih baiknya kinerja saya yang akan mendatang.
Semoga
makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang
bermanfaat bagi semua pihak.
Gresik, Mei 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Pengetahuan adalah segala hal yang manusia ketahui tentang sesuatu
objek sementara objek yang dapat diketahui oleh manusia, menurut epistemologi Islam
seperti telah dijelaskan di muka, mencakup objek-objek fisik, inderawi, dan
objek-objek non-fisik, metafisik. Dengan begitu, hubungan antara pengetahuan
dan objek sangat erat, yaitu tidak akan ada pengetahuan tentang sesuatu objek
(fisik atau non-fisik) bila objek itu sendiri tidak ada. Ketika kita bertanya
dari mana objek yang kita ketahui itu berasal, maka kita sebenarnya berbicara
tentang sumber pengetahuan.
Dalam kajian ini sumber pengetahuan dikaitkan dengan akal dan
wahyu: bagaimana posisi akal dan wahyu dalam pengembangan ilmu—ilmu dibedakan
dari pengetahuan, karena ilmu adalah disiplin pengetahuan yang relatif lebih
teratur dan terorganisasikan (Santoso, 1992: 12). Dengan pertanyaan yang lebih
spesifik, apakah akal dan wahyu itu bisa menjadi sumber pengetahuan dan/atau
metode.
Bila kembali ke epistemologi Islam maka akal jelas-jelas merupakan
daya yang dikaruniakan Tuhan kepada
manusia dan bila diaktualisasikan untuk mengabstraksi makna universal dari
data-data inderawi dan menyimpulkan dari yang diketahui menuju yang tidak
diketahui, maka dia akan menjadi sarana untuk memperoleh pengetahuan. Di sini
akal jelas berperan sebagai metode keilmuan. Sekarang, bisakah akal berfungsi
juga sebagai sumber pengetahuan? Bila produk dari aktualisasi akal, berupa
abstraksi makna universal dari data-data inderawi tentang suatu objek (seperti
teori fisika) dan/atau berupa kesimpulan silogistik (seperti ide-ide besar),
tidak lain adalah pengetahuan, maka akal berperan sebagai sumber pengetahuan,
dalam pengertian bahwa ide-ide besar itu lahir (berasal) dari akal yang
diaktualisasikan, begitu juga teori-teori fisika walau sumber pertamanya adalah
empiri yang inderawi.
Bagaimana dengan wahyu? Sebagaimana telah diungkapkan di penghujung
kajian tentang epistemologi Islam, wahyu adalah modus tertinggi pengetahuan
dzauqî, produk metode intuitif atau pendekatan hati. Dengan demikian, sulit
dikatakan bahwa wahyu berperan sebagai metode keilmuan. Wahyu yang merujuk
kepada suatu unit pernyataan tertulis—bersifat transendental karena berasal
dari Tuhan—yang memuat penjelasan-penjelasan tentang asal-usul, hakikat dan
tujuan hidup manusia dan alam, serta seperangkat aturan untuk membimbing
tindakan baik individual maupun kolektif
lebih tepat berperan sebagai sumber pengetahuan. Wahyu, dalam bentuk
konkritnya al-Qur’an dan Hadis, ternyata tidak saja menjadi sumber pengetahuan
bagi objek-objek yang non-fisik, non-material atau metafisik, tetapi juga
menjadi sumber pengetahuan bagi objek-objek yang bersifat fisik, inderawi.
Karena, salah satu dari tiga kemukjizatan al-Qur’an, misalnya, menurut
penelitian M. Quraish Shihab (1997: 166-75), adalah isyarat-isyarat ilmiah yang
dikandungnya, seperti isyarat tentang reproduksi manusia [Q.S. al-Najm (53):
45-46; al-Wâqi`ah (56): 58-59); al-Qiyâmah (75): 36-39; al-Insân (76): 2],
kejadian alam semesta [Q.S. al-Anbiyâ’ (21): 30; al-Dzâriyât (51): 47;
al-Ghâsyiyah (88): 17-18], dan lain-lain. Lebih dari itu, tengah dikembangkan
juga model membangun teori ilmu sosial dengan menjadikan wahyu, di samping
perilaku manusia, sebagai sumber pengetahuan (baca Safi, 1996: 174-77; Santoso, 1997:11-15).
Apa yang telah dijelaskan di atas tentang sumber pengetahuan,
menurut epistemologi Islam, sebenarnya pada perspektif praksis pengembangan
ilmu. Pada perspektif filosofisnya, sumber pengetahuan yang esensial adalah
Allah karena Dialah pemilik khazanah pengetahuan yang disebut Al-`Ilm, sehingga
salah satu nama Allah adalah Al-`Alîm yang artinya “Yang Maha Mengetahui [Q.S.
al-Mâ’idah (5): 97; al-Mulk (67): 26]. Pengetahuan-Nya melampaui semua gejala,
materi dan alam semesta, baik yang terlihat oleh manusia maupun yang tidak
terlihat [Q.S. al-Hasyr (59): 22]. Manusia yang memperoleh mandat untuk menjadi
khalîfah-Nya di muka bumi dianugerahi ilmu pengetahuan melalui pemburuan
sebagian rahasia khazanah pengetahuan yang disebut Al-`Ilm tadi. Untuk itu,
Allah memberinya daya/sarana untuk memperoleh pengetahuan: indera, imajinasi,
akal dan hati, di samping menampakkan sebagian khazanah
pengetahuan-Nya—al-Qur’an menyebut penampakan tersebut dengan âyât, tanda atau
fenomena/gejala—baik dalam bentuk fenomena qauliyyah berupa wahyu-Nya yang
tersurat dalam al-Qur’an [Q.S. Ali `Imrân (3): 164] maupun dalam bentuk
fenomena kawniyyah yang terdapat dalam alam semesta dan diri manusia sendiri
[Q.S. Fushshilat (41): 53] (Santoso, 1992: 13; Cf. al-Attas, 1989: 9-13).
RUMUSAN MASALAH
1.Apa yang dimaksud dengan sumber pengetahuan dan metodenya.
2.Bagaimana cara kita memperoleh sumber pengetahuan.
3.Untuk apa sumber pengetahuan itu diperoleh.
TUJUAN PENULISAN
1.Untuk mengetahui apa saja sumber ilmu pengetahuan dan apa
metodenya.
2.Untuk mendapatkan Sumber pengetahuan dari berbagai bidang dan
manfaat sumber pengetahuan.
3.Agar kita mampu memperoleh sumber pengetahuan yang baik dan tidak
menyalagunakannya.
MANFAAT PENULISAN
1. Kita mampu mempelajari ilmu dengan sumber pengetahuan.
2. Kita tidak akan
sesat dengan cara tidak mempelajari sumber-sumber pengetahuan yang tidak baik.
3.Kita tahu apa saja sumber pengetahuan yang baik dan mengamalkannya.
BAB II
PEMBAHASAN
ILMU PENGETAHUAN
Ilmu
pengetahuan adalah suatu sistem pengetahuan dari berbagai pengetahuan, mengenai
suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut
asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan atau sistem dari berbagai
pengetahuan. James menjelaskan, ilmu pengetahuan adalah rangkaian konsep dan
kerangka konseptual yang saling berkaitan dan telah berkembang sebagai hasil
percobaan dan pengamatan. Ilmu pengetahuan tidak dipahami sebagai pencarian
kepastian, melainkan sebagai penyeledikan yang berkesinambungan.
Ilmu
pengetahuan juga bisa merupakan upaya menyingkap realitas secara tepat dengan
merumuskan objek material dan objek formal.Upaya penyingkapan realitas dengan
memakai dua perumusan tersebut adakalanya menggunakan rasio dan empiris atau
mensintesikan keduanya sebagai ukuran sebuah kebenaran (kebenaran ilmiah).
Penyingkapan ilmu pengetahuan ini telah banyak mengungkap rahasia alam semesta
dan mengeksploitasinya untuk kepentingan manusia.
Dewasa
ini, ilmu pengetahuan yang bercorak empiristik dengan metode kuantitatif
(matematis) lebih dominan menduduki dialektika kehidupan masyarakat. Hal ini
besar kemungkinan karena banyak dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran
positivistiknya Auguste Comte yang mengajukan tiga tahapan pembebasan ilmu
pengetahuan.Pertama, menurut Auguste Comte ilmu pengetahuan harus terlepas dari
lingkungan teologik yang bersifat mistis. Kedua, ilmu pengetahuan harus bebas
dari lingkungan metafisik yang bersifat abstrak. Ketiga, ilmu pengetahuan harus
menemukan otonominya sendiri dalam lingkungan positifistik.
Bentuk Ilmu Pengetahuan
Menurut
beberapa pakar, ilmu pengetahuan didefinisikan sebagai rangkaian aktifitas
berfikir dan memahami dengan mengikuti prosedur sistematika metode dan memenuhi
langkah-langkahnya. Dengan pola tersebut maka akan dihasilkan sebuah pengetahuan
yang sistematis mengenai fenomena tertentu, dan mencapai kebenaran, pemahaman
serta bisa memberikan penjelasan serta melakukan penerapan.
Secara
garis besar, ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua bentuk, yakni ilmu eksakta dan
ilmu humaniora. Ilmu eksakta adalah spesifikasi keilmuan yang menitikberatkan
pada hukum sebab akibat. Penilaian terhadap ilmu-ilmu eksakta cenderung memakai
metode observasi yang digunakan sebagai cara penelitiannya dan mengukur tingkat
validitasnya. Dengan model tersebut, penelitian terhadap ilmu-ilmu eksakta
sering mendapatkan hasil yang objektif. Sedangkan ilmu humaniora merupakan
spesifikasi keilmuan yang membahas sisi kemanusian selain yang bersangkutan
dengan biologis maupun fisiologisnya. Hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan
ini lebih tertitik tekan dalam masalah sosiologis dan psikologisnya.
Menurut
Jujun, cabang atau bentuk ilmu pada dasarnya berkembang dari cabang utama,
yakni filsafat alam yang kemudian berafiliasi di dalamnya ilmu-ilmu alam (the
natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang menjadi
menjadi cabang ilmu-ilmu social (the social sciences). Dari kedua cabang
tersebut, klasifikasi keilmuan menjadi kian tak terbatas. Diperkirakan sampai
sekarang ini, terdapat sekitar 650 cabang keilmuan yang masih belum banyak
dikenal Kepesatan kemajuan perkembangan ilmu ini
demikian cepat, hingga tidak menutup kemungkinan sepuluh tahun ke depan,
klasifikasi keilmuan bisa mencapai ribuan jumlahnya.
Sekian
banyak jumlah cabang keilmuan tersebut, bermula dari ilmu alam yang membagi
diri menjadi dua kelompok, yakni ilmu alam (the physical sciences) dan
ilmu hidup (hayat/the biological sciences) Ilmu
alam ini bertujuan untuk mempelajari zat yang membentuk alam semesta. Ilmu ini
kemudian membentuk rumpun keilmuan yang lebih spesifik, misalnya sebagai ilmu
fisika yang mempelajari tentang massa dan energi, ilmu kimia yang membahas
tentang substansi zat, ilmu astronomi yang berusaha memahami kondisi
benda-benda langit dan ilmu-ilmu lainnya. Dari rumpun keilmuan ini kemudian
membentuk ranting-ranting baru, seperti kalau dalam fisika ada yang namanya
mekanik, hidrodinamika, bunyi dan seterusnya yang masih banyak lagi
ranting-ranting kecil.
Disiplin
keilmuan tersebut di atas terlahir dari beberapa sumber. Ilmu pengetahuan yang
terlahir dari sumber yang berdampak pada perbedaan dari masing-masing jenis
keilmuan. Meskipun demikian tidak semua orang mempercayai dan mengakui keilmuan
seseorang yang kebetulan muncul dari sumber yang tidak diyakini oleh kebanyakan
masyarakat. Misalnya ilmu ladunniy yang diyakini adanya di kawasan Timur
namun tidak dipercaya di daerah Barat.
Dalam
buku Filsafat Ilmu karya Amsal Bakhtiar dikatakan bahwa ada beberapa pendapat
yang menyatakan bahwa sumber ilmu pengetahuan keluar dari empat hal Pertama
adalah Empirisme, menurut aliran ini seseorang bisa memperoleh pengetahuan
dengan pengalaman inderawinya. Dengan indera manusia bisa menghubungkan hal-hal
yang bersifat fisik ke medan intensional, atau menghubungkan manusia dengan
sesuatu yang kongkret-material. Kedua adalah Rasionalisme, aliran ini
menyatakan bahwa akal merupakan satu-satunya sumber kepastian pengetahuan.
Pengetahuan yang diakui benar semata-mata hanya diukur dengan rasio.
Ketiga
adalah intuisi. Menurut Henry Bergson yang dikutip oleh Bakhtiar, intuisi
adalah hasil evolusi dari pemahaman yang tertinggi. Intuisi ini bisa dikatakan
hampir sama dengan insting, namun berbeda dalam tingkat kesadaran dan
kebebasannya. Untuk menumbuhkan kemampuan ini, diperlukan usaha dan kontinuitas
latihan-latihan. Ia juga menambahkan bahwa intuisi mengatasi sifat lahiriah
pengetahuan simbolis yang meliputi harus adanya analisis, menyeluruh, mutlak
dan lain sebagainya. Karena itu, intuisi adalah sarana untuk mengetahui secara
langsung dan seketika. Keempat adalah wahyu, sumber ini hanya khusus diperoleh
melalui para Nabi yang menerima pengetahuan langsung dari Tuhan semesta alam.
Para Nabi memperoleh pengetahuan tanpa upaya dan tanpa memerlukan waktu
tertentu. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan.
METODE PENGETAHUAN
Metode Ilmiah
Seseuatu dianggap ilmiah apa bila memiliki patokan yg
merupakan rambu2 untuk menentukan benar atau salah.
Ilmu pengetahuan dianggap Alamiah apabila memenuhi 4 syarat
yaitu
• Objektif Pengetahuan itu sesuai
dengan Objek
• Metodik Pengetahuan itu diperoleh dengan cara2 tertentu dan
terkontrol
• Sistemati Pengetahuan ilmiah itu
tersusundalam suatu system, tidak berdiri sendiri satu sama lain saling
berkaitan ,saling menjelaskan,sehingga keseluruhan menjadi kesatuan yg utuh.
• Berlaku Umum/ Universal Pengetahuan tidak hanya diamati hanya oleh seseorang atau oleh beberapa orang saja ,tapi semua org dengan eksperimentasi yg sama akan menghasilkan sesuatu yg sama atau konsisten.
• Berlaku Umum/ Universal Pengetahuan tidak hanya diamati hanya oleh seseorang atau oleh beberapa orang saja ,tapi semua org dengan eksperimentasi yg sama akan menghasilkan sesuatu yg sama atau konsisten.
Ada 2 pokok untuk memperoleh pengetahuan yaitu
1. Empiris Yaitu pengetahuan yg disusun
berdasarkan pada pengalaman, paham yg dikembangkan disebut Empiris. Bagi kaum
rasionalis berpendapat pengetahuan manusia diperoleh melalui penalaran rasional
yg abstrak,namun diperoleh melalui pengalaman yg kongkrit.
2. Rasionalisme
Yaitu suatu cara yg didasarkan pada suatu rasio. Padanganya
menyatakan rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala pengertian hanya
rasio sajalah yg dapat membawa orang kepada kebenaran dan dapat memberi
petunjuk dalam segala jalan pikiran
* Para ahli memberikan rumusan untuk memperoleh pendidikan
dengan 4 hal
• Skiptisime
Tidak ada cara yg sah untuk mendapatkan ilmu, karena
kemampuan indra dan akal manusia terbatas.
• Doubth Aliran ini merupakan awalan dari Rasionalisme dan empirisme. Aliran ini mengunakan kerangka sebagai jembatan menuju kepastian.
• Doubth Aliran ini merupakan awalan dari Rasionalisme dan empirisme. Aliran ini mengunakan kerangka sebagai jembatan menuju kepastian.
• Rasionalisme Aliran ini mengadalkan
kemampuan akal semata, karena kemampuan indra dianggap terbatas
• Empirisme Aliran ini menekankan
kemampuan indra untuk memperoleh ilmu. Untuk menguji apakah indra benar atau
salah , dilakukan pengujian dengan percobaan.
2. Metode Ilmiah Kelebihan dan kekurangan
ilmu ilmiah ditentukan dgn metode.
1. Sifat
a. Bertujuan, tujuan sebagai arah dan target yg hendak
dicapai
b. Sistematik
c. Objektif
d. Logis
e. Empiris
f. Reduktif Replicable dan Transmitable
g. Penjelasan singkat menjurus kekehidupan yg bahagia
2. Sikap Ilmiah
1. Menurut syamsudi dan Vismaia Damaianti Sikap ilmiah antara lain:
ingin tahu yg tinggi, kritis, terbuka, objektif, rela menghargai orang lain,
berani mempertahankan kebenaran, menjangkau kedepan
2. Menurut Heri purnama, Chiri khas ilmu pengetahuan yg bersifat
objektif, metodik, sistematik dan berlaku umum akan membimbing manusia pada
sikap ilmiah yg terpuji antara lain.
• Mencitai kebenaran yg bersifat objektif bersikap adil akan menjurus kearah kehidupan yg bahagia
• Menyadari bahwa kebenaran ilmu itu tidak absolute
• Mencitai kebenaran yg bersifat objektif bersikap adil akan menjurus kearah kehidupan yg bahagia
• Menyadari bahwa kebenaran ilmu itu tidak absolute
• Ilmu pengetahuan membibing kita untuk berfikir tidak
prasangka tetapi berfikir secara terbuka
• Dengan ilmu pengetahuan orang lalu tidak percaya tahayul,
astrologi,karena segala sesuatu yg terjadi melalui proses teratur
• Metode iolmiah membibing kita agar tidak langsung percaya
begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya suatu bukti2 yg nyata
• Metode ilmiah membibing seorang peneliti untuk bersikap
optimis, teliti, dan berani mebuat suatu pernyataan yg menuruti keyakinan
ilmiah kita adalah benar.
c. Keterbatasan Dan Keunggulamn Mtode Ilmiah
1. Keterbatasan Indra Manusia Penglihatan, pendengaran,
pengecapan, pembauan, pengidraan, pengindraan dalam, dan keterbatasan ruang dan
waktu. Metode ilmiah tidak mampu menjangkau dalam membuat kesimpulan tentang
baik dan buruknya(system nilai), termasuk tidak dapat menjangkau seni dan
keindahan
2. Keungulan Metode ilmiah
a. Memiliki rasa ingn tahu/kuriositas yg tinggi dan
kemampuan belajar yg besar
b.Tidak menerima kebenaran tanpa bukti
c. Jujur
d. Terbuka
e. sekiptis(bersikap hati2)
f. Optimis
g. Pemberani, kreatif swadaya
d. Langkah-langkah Oprasionalo Metode Ilmiah
Langkah Pemecah masalah atau prosedur ilmiah dapat dirinci sebagai berikut :
1) Pengindraan Merupakan langkah pertama dari metode ilmiah segala sesuatu yg tidak dapat diindera, tidak dapat diselidiki oleh ilmu alamiah
2) Masalah/problem Setelah pengindraan
dilakukan, maka langkah berikutnya adalah menemukanya masalah.
3) Hipotesis Pertanyaan yg tepat akan
menghasilkan suatu jawaban dan jawaban itu bersifat sementara yg merupakan
suatu dugaan.
4) Eksperimen Melakukan uji coba apa yg
menjadi obyek penelitian.Langkah2 tersebut yg lebih rinci adalah :
• Perumusan Masalah Jelas Dan
Arah Hal ini untuk menghidari biasan masalah maka memerlukan kejelasan arah
dan batas2 rumusan masalah
• Peyusunan Hipotesis Jadi hipotesis adalah
kebenaran yg masih rendah,
• Pengajuan Hipotesis Untuk melakukan pengujian
hipotesis, perlu adanya pengajuan
Hipotesis, untuk melakukan pengajuan ini kita harus mengumpulkan fakta2 yg
diuperoleh melalui pengamatan langsung, dan eksperimen.
• Penarikan kesimpulan Merupakan hasil alhir dari
penelitian yg dilakukan pd saat itu.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengetahuan adalah segala hal yang manusia ketahui tentang sesuatu
objek sementara objek yang dapat diketahui oleh manusia, menurut epistemologi
Islam seperti telah dijelaskan di muka, mencakup objek-objek fisik, inderawi,
dan objek-objek non-fisik, metafisik. Dengan begitu, hubungan antara
pengetahuan dan objek sangat erat, yaitu tidak akan ada pengetahuan tentang
sesuatu objek (fisik atau non-fisik) bila objek itu sendiri tidak ada. Ketika
kita bertanya dari mana objek yang kita ketahui itu berasal, maka kita
sebenarnya berbicara
tentang sumber
pengetahuan.
SARAN
Demikian
yang dapat saya sampaikan dalam makalah ini semoga bermanfaat bagi kita semua khususnya para pembaca
dan penulis, saya mohon kritik dan saran yang dapat membangun makalah ini dan
saya sampaikan banyak terimah kasih.
0 komentar:
Post a Comment