Subscribe For Free Updates!

We'll not spam mate! We promise.

Mari mencegah Aids

Saatnya Bertaubat Dari Zina


dengan menghindarkan diri dari Free Sex
Tanggal 1 Desember yang lalu merupakan hari AIDS internasional yang katanya pada hari tersebut akan dijadikan sebagai sarana sebagai wujud keprihatinan terhadap wabah virus HIV/ AIDS yang tidak henti-hentinya yang melanda ummat di seluruh dunia ini. Namun, sangat disayangkan, salah satu sisi yang kami amati bahwa hari Aids ini seolah-olah hanya dijadikan ajang kampanye penggunaan kondom, dan bukan justru mengkampanyekan apa yang telah menjadi penyebab mewabahnya penyakit yang konon tidak ada obatnya ini. Yang kami maksud disini adalah salah satu penyebabnya, yaitu sex bebas atau dalam bahasa syariat disebut Zina. Oleh karena itu, sebagai wujud keprihatinan kami akan wabah AIDS ini maka kami mencoba menyajikan beberapa dampak-dampak akibat perbuatan zina ini dan seruan agar pelaku zina bertaubat kepada Allah azza wa jalla.
Semoga Allah melindungi diri kita dan keluarga kita dari penyakit ini dan dari kemaksiatan zina.
Kerusakan Yang Diakibatkan Zina[1]
Zina merupakan kerusakan besar, keburukan nyata, dan pengaruhnya begitu besar yang mengakibatkan berbagai kerusakan, baik terhadap orang yang melakukan maupun terhadap masyarakat secara umum.
Mengingat perbuatan zina ini sudah sering terjadi, demikian juga penyebabnya pun sudah tersebar dimana-mana, maka berikut ini kami akan berusaha menghadirkan beberapa dampak negatif dari perbuatan kotor ini, serta berbagai kemudharatan dan kerusakan yang diakibatkannya.
1. Dalam perbuatan zina tekumpul semua jenis keburukan, seperti lemahnya agama, hilangnya ketakwaan, hancurnya kesopanan, lenyapnya rasa cemburu, dan terkuburnya akhlak terpuji.
2. Perbuatan zina dapat membunuh rasa malu sehingga menjadikan seseorang tebal muka atau tidak tahu malu.
3. Perbuatan zina mempengaruhi keceriaan wajah sehingga menjadikannya kusam, kelam, dan tampak layu bagaikan orang yang mengalami kesedihan mendalam. Di samping itu, zina dapat memicu kebencian yang bisa disaksikan oleh orang yang melihatnya.
4. Perbuatan zina mengakibatkan kegelapan dan hilangnya cahaya hati.
5. Perbuatan zina menjatuhkan bahkan menghilangkan harga diri pelakunya, menjatuhkan derajatnya di hadapan sang Pencipta dan seluruh makhluk-Nya, serta menghilangkan sebutan hamba yang berbakti, ’afif (pemelihara kehormatan diri), dan orang yang adil. Bahkan sebaliknya, orang banyak akan menjulukinya sebagai hamba yang jahat, fasik, pelacur, dan pengkhianat.
6. Sifat liar yang dicampakkan Allah ke dalam hati pezina merupakan teman akrab yang tampak jelas pada wajah pelakunya. Pada wajah orang yang ‘afif akan terlihat keceriaan, pada hatinya terdapat keramahan, dan semua yang duduk bersamanya akan merasa senang, sedangkan pada wajah pezina malah terlihat sebaliknya.
7. Orang akan melihat seorang pezina dengan pandangan yang meragukan, penuh dengan khianat. Tidak ada seorang pun yang akan percaya tentang kehormatan yang diraihnya dan anak yang dimilikinya.
8. Bau busuk yang keluar dari tubuh seorang pezina dapat dicium oleh setiap orang yang berhati bersih dan selamat. Bau busuk tersebut berhembus dari mulut dan badannya.
9. Perbuatan zina akan mengakibatkan hati yang sempit dan perasaan tertindas. Para pezina akan diperlakukan dengan perlakuan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Siapa saja yang menginginkan kenikmatan hidup dengan keindahannya, tetapi ia meraihnya dengan cara bermaksiat kepada Allah, maka Allah pasti akan mengadzabnya dengan kebalikan apa yang diinginkannya. Sesungguhnya, semua kenikmatan yang ada di sisi Allah tidak akan bisa diraih kecuali dengan cara mentaati perintah-Nya. Allah sama sekali tidak pernah menjadikan suatu kemaksiatan sebagai penyebab untuk memperoleh kebaikan.
10. Orang yang melakukan perbuatan zina berarti telah mengharamkan dirinya untuk menikmati bidadari Surga di tempat-tempat indah dalam surga ’Adn
11. Perbuatan zina dapat membuat orang berani memutuskan tali shilaturahim, durhaka terhadap orang tua, menghasilkan harta yang haram, membuahkan akhlak tercela, serta menelantarkan keluarga dan keturunan. Kadang-kadang zina dapat menyeret pelakunya untuk melakukan pembunuhan. Bisa jadi untuk melakukan niat jahat itu, ia bekerja sama dengan tukang sihir sehingga menyeretnya ke dalam perbuatan syirik baik ia ketahui maupun tidak. Sebab, perbuatan zina tidak akan sempurna kecuali dengan melakukan kemaksiatan lain yang sebelumnya dan yang dilakukan bersamaan dengannya sehingga akan mengakibatkan munculnya berbagai macam maksiat lainnya. Perbuatan ini dikelilingi oleh berbagai kemaksiatan sebelum dan sesudahnya. Maksiat inilah yang paling cepat menyeret seseorang kepada kesengsaraan dunia dan akhirat serta merupakan penghalang yang paling kuat untuk memperoleh kebaikan dunia dan akhirat.
12. Perbuatan zina menghilangkan kehormatan seorang gadis dan menyelimutinya dengan kehinaan, yang tidak hanya di tanggung seorang diri, tapi juga akan mencemari kehormatan keluarganya. Rasa hina itu akan berpengaruh terhadap keluarga, suami dan kerabatnya, sehingga membuat kepala-kepala mereka tertunduk malu di tengah masyarakat.
13. Kehinaan yang dirasakan oleh orang yang dituduh berbuat zina lebih menyayat dan lebih kekal dibandingkan dengan kehinaan yang dirasakan oleh orang yang dituduh berbuat kafir. Sebab jika seorang yang bertaubat dari perbuatan kufur, justru akan dapat menghilangkan rasa hina di tengah masyarakat, tidak meninggalkan bekas pada masyarakat yang dapat menjatuhkan derajat orang seperti dirinya di hadapan orang yang dilahirkan dalam keadaan Islam.
Lain halnya dengan perbuatan zina, sebab setelah bertaubat dari perbuatan ini –walaupun pelakunya secara agama sudah bersih dan dengan taubat itu pula adzab akhirat yang akan diterimanya sudah terangkat- masih meninggalkan bekas yang sangat mendalam di dalam hati, harga dirinya di mata masyarakat yang tidak pernah melakukan perbuatan tersebut jadi berkurang sesuai dengan kadar perbuatan zina yang ia lakukan.
Lihatlah seorang wanita yang disebut sebagai pezina, bagaimana kaum pria menjauh dan tidak mau menikahinya walaupun ia telah bertaubat. Demi menghindari aib yang dahulu telah mencoreng harga dirinya, mereka pun lebih mengutamakan menikah dengan wanita kafir yang sudah masuk Islam, daripada menikah wanita yang besar dalam agama Islam, namun ia melakukan perbuatan zina.
16. Perbuatan zina merupakan kejahatan moral terhadap anak. Perbuatan zina juga menyebabkan munculnya seorang anak yang miskin kasih sayang yang bisa mengikatnya. Selain merupakan kejahatan terhadap anak yang dilahirkan, zina juga memaksa anak tersebut hidup hina dalam masyarakat dan membuatnya merasa terpojok dari setiap sudut. Perasaan seperti ini muncul sebab pada umumnya masyarakat meremehkan anak zina, nurani mereka mengingkarinya, dan mereka tidak memandangnya dari segi kemasyarakatan sebagai pelajaran. Apakah dosa anak ini ? hati siapakah yang begitu tega membuatnya seperti ini ?
17. Perbuatan zina yang dilakukan seorang pria pezina, dapat menghancurkan wanita baik-baik yang terpelihara dan menjerumuskannya pada jurang kehancuran dan kenistaan.
18. perbuatan zina dapat memicu munculnya berbagai permusuhan dan mengobarkan api balas dendam antara keluarga wanita dengan laki-laki yang menzinainya. Hal itu disebabkan oleh api cemburu terhadap harga diri keluarga. Tatkala seseorang melihat salah seorang pezina telah berbuat lancang terhadap istrinya, api cemburu yang ada dalam dadanya akan membara sehingga dapat memicu terjadinya saling bunuh dan menyebarnya peperangan. Sebab, pencorengan terhadap harga diri seorang suami dan kerabat lainnya dapat membuat malu dan menodai kehormatan mereka. Seandainya seorang suami mendengar bahwa salah satu keluarganya terbunuh, niscaya kabar itu lebih ringan baginya daripada mendengar bahwa istrinya telah berbuat zina.
Sa’ad bin ’Ubadah radliyallahu’anhu berkata, ”Seandainya aku melihat seorang laki-laki bersama istriku, tentu aka akan memenggal lehernya dengan pedang tanpa kumaafkan”.
Kalimat itupun sampai kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, lantas beliau pun bersabda:
”Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa’ad? Demi Allah, aku lebih cemburu daripada Sa’ad dan Allah lebih cemburu daripada aku. Karena kecemburuan Allah tersebutlah, makadi haramkan segala bentuk kekejian yang tampak maupun yang tersembunyi” (HR. Bukhori (5223) dan Muslim (2761))
Lain halnya dengan orang yang membenci perzinaan, menjauhinya, serta tidak rela hal itu terjadi terhadap yang lainnya. Gambaran seperti ini akan memberikannya kewibawaan dalam hati anggota keluarganya dan akan membantu menjadikan rumahnya bersih dan terjaga dari hal-hal buruk.
19. perbuatan zina memberi dampak negatif terhadap kesehatan jasmani pelaku yang sulit diobati atau disembuhkan, bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup pelakunya. Perbuatan itu akan memicu munculnya berbagai penyakit, seperti AIDS, penyakit sifilis, penyakit herpes, penyakit kelamin, dan penyakit kotor lainnya.
Beberapa pihak telah mengklaim bahwa penyebab terbesar mewabahnya penyakita AIDS adalah karena sex bebas atau dengan kata lain zina. Seperti di Subang, di klaim bahwa AIDS 73% disebabkan oleh perilaku sex bebas remaja[2], bahkan di Kupang sampai 98% penyebab mewabahnya AIDS adalah karena sex bebas[3].
20. Perbuatan zina merupakan penyebab hancurnya suatu ummat. Sudah menjadi sunnatullah terhadap hamba-Nya bahwa ketika perbuatan zina muncul ke permukaan bumi, Allah azza wa jalla marah dan kemarahan-Nya pun semakin besar sehingga pasti akan mengakibatkan terjadinya balasan berupa bencana di atas muka bumi.
Ibnu Mas’ud Radliyallahu’anhu berkata: ”Tidaklah tampak perbuatan memakan riba dan perzinaan dalam suatu negeri, melainkan Allah mengizinkan kehancurannya.”
Ingatlah, Suatu Perbuatan Akan Dibalas Sesuai Dengan Jenis Perbuatan Tersebut[4]
Kalimat judul poin ini adalah suatu kaidah syar’iyyah dan sunnatullah yang tidak akan pernah berganti. Allah ta’ala akan membalas seseorang sesuai dengan perbuatannya.
Wahai saudaraku….apakah Anda mengira bahwa orang yang mengumbar syahwatnya tanpa ada aturan dan tatanan akan selamat dari adzab Allah? Tidak. Minimal ia akan mendapatkan adzab seperti yang terkandung dalam kaidah di atas. Coba Anda dengarkan ungkapan Imam Asy-Syafi’i rahimahullah:
Jagalah kehormatan kalian, niscaya istri-istri kalian akan terjaga dari perbuatan haram
Hindarilah segala yang tidak pantas dilakukan oleh seorang muslim

Zina adalah hutang, Jika Engkau mengambilnya hutang
Maka, Ketahuilah bahwa tebusannya adalah anggota keluargamu

Barangsiapa berzina, akan dizinai meskipun di dalam rumahnya
Camkanlah, jika engkau termasuk orang yang berakal

Barangsiapa yang berusaha mengoyak kehormatan orang lain, maka dimungkinkan ia akan melihat hal serupa menimpa pada anak perempuan atau saudara perempuannya. Barangsiapa yang tidak mempedulikan larangan-larang Allah, bisa saja (berakibat) istrinya mengkhianatinya. Dan wanita mana saja yang melakukan hal itu, maka dimungkinkan ia akan melihat hal serupa menimpa pada anak perempuan atau anak keturunannya –semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjauhkan kita semua dari segala bencana-.
Menuju Taubat Dari Perbuatan Zina[5]
Setelah kita mengetahui besarnya kejahatan dosa zina serta pengaruhnya yang dapat menghancurkan pribadi dan masyarakat, maka perlu sekali diperhatikan kewajiban untuk bertaubat dari perbuatan ini. Wajib bagi mereka yang terperosok ke dalam lembah perzinaan, yang menjadi penyebab ataupun yang membantu terjadinya perbuatan itu, untuk segera bertaubat kepada Allah dengan taubat sebenarnya. Berikut ini beberapa poin cara bertaubat dari perbuatan zina:
1. Hendaklah mereka menyesali apa yang pernah mereka lakukan dan tidak kembali lagi pada perbuatan tersebut walaupun sangat memungkinkan.
2. Tidak harus bagi mereka yang terperosok dalam lembah perzinaan, baik laki-laki ataupun perempuan untuk menyerahkan diri dan mengakui perbuatan dosa yang dilakukannya. Bahkan, cukup baginya dengan bertaubat kepada Allah dan menutup aib dirinya dengan tabir Allah azza wa jalla.
3. Jika orang yang berzina tadi masih menyimpan gambar pasangannya, rekaman suara, atau fotonya, maka hendaklah ia melepaskan diri dari itu semua. Apabila gambar atau rekaman suara tadi sudah diberikan kepada orang lain, maka hendaklah ia tidak memintanya kembali dan segera menyelamatkan diri darinya bagaimanapun caranya.
4. Apabila seorang wanita pernah direkam atau difoto, kemudian ia khawatir masalahnya akan tersebar, maka hendaklah ia segera bertaubat kepada Allah ta’ala dan tidak menjadikan hal itu sebagai penghalang antara dirinya dengan Allah ta’ala.
Bahkan, wajib baginya bertaubat kepada Allah. Janganlah ia terpengaruh oleh ancaman dan intimidasi orang lain. Allah subhanahu wa ta’ala yang akan mencukupi dan menguasai dirinya. Sungguh orang yang mengancamnya hanyalah pengecut dan penakut. Orang ini akan membongkar kejelekannya sendiri apabila menyebarkan gambar-gambar dan rekaman suara yang ada padanya.
Lalu apakah yang akan terjadi apabila ia melaksanakan ancaman itu? Manakah yang lebih mudah antara terbongkarnya kejelekan di dunia yang disertai dengan taubat nasuha ataukah terbongkarnya kejelekan di depan seluruh ummat yang menyaksikan pada hari Kiamat sehingga setelah itu ia masuk Neraka yang merupakan sejelek-jelek tempat?
5. Apabila perempuan tadi khawatir aibnya akan tersebar, maka salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam menggapai taubat adalah meminta bantuan kepada salah seorang keluarga laki-laki yang bisa diandalkan untuk menolongnya agar terlepas dari kemaksiatan yang pernah dilakukannya. Mungkin saja bantuan keluarga itu dapat berguna dan bermanfaat baginya.
Kesimpulannya, barangsiapa yang terperosok ke dalam kubangan dosa ini hendaklah segera bertaubat dengan sebenar-benar taubat, menyerahkan semuanya kepada Allah, dan memutuskan hubungan dengan semua yang dapat mengingatkannya pada perbuatan itu. Kemudian, hendaklah ia menyesali semua yang telah dilakukannya di hadapan Rabb-nya, dengan penuh tawadlu’, merendahkan diri, dan menyerahkan semuanya kepada-Nya. Semoga dengan begitu, Allah azza wa jalla berkenan menerima taubatnya, mengampuni dosa-dosa yang pernah dilakukannya, dan menggantinya dengan kebaikan-kebaikan.
Allah ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ لاَيَدْعُونَ مَعَ اللهِ إِلَهًا ءَاخَرَ وَلاَيَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ وَلاَيَزْنُونَ وَمَن يَّفْعَلْ ذَلِكَ يَلقَ أَثَامًا {68} يُضَاعَفُ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا {69} إِلاَّ مَنْ تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحًا فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَّحِيمًا {70}

”Dan orang-orang yang tidak menyembah Ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqon: 68-70)

Disusun oleh Maramis Setiawan
2 Desember 2009/ 16 Dzulhijjah 1430
Buku Referensi:
  • Cara Bertaubat menurut al-Qur’an dan as-Sunnah oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, hal 213-218, penerbit Pustaka Imam Syafi’i.
  • Perang Melawan Syahwat oleh Muhammad bin Abdullah ad-Duwaisy hal 38-39, penerbit Daar an-Naba.

Berjilbab, dan Sayapun Mengerti Mengapa Najwa Shihab Tidak Memakainya

1289504090182541962
doc.google
Saya selalu mempercayai proses, karena hasil dari suatu proses adalah awal proses berikutnya sehingga proses awal haruslah baik dan benar.
Contohnya kelahiran seorang anak, betulkah dia akhir suatu proses perjuangan seorang ibu ? Jelas tidak, karena awal pendidikan anak baru dimulai.
Jadi ketika seseorang menggunakan jilbab, haruslah dia lebih kaffah lagi karena sebelum  seseorang memutuskan berjilbab pastiilah dia melalui suatu proses yang panjang.
Awal saya memakai jilbabpun melalui proses panjang. Semula saya tidak mengerti, kenapa sih orang harus berjilbab ? Kenapa harus ikut-ikutan orang Arab ? Apa nggak panas dan keringetan ? Apa ngga ribet, apalagi kalau orang tersebut harus naik angkutan umum ? Kebingungan saya bertambah sewaktu guru mengaji saya yang sudah sepuh namun lugu berkata : “Neng, Neng teh harus tutup rambut pake kerudung karena rambut itu aurat”. Ha ? Rambut adalah aurat ? Di sepanjang umur saya yang 34 tahun (waktu itu), saya baru mendengar penjelasan bahwa rambut adalah aurat. Sehingga tentu saja sewaktu beliau menasehati panjang x lebar, reaksi saya hanya dengar kiri keluar kanan.
Jadi setiap ke pengajian saya hanya berbekal baju lengan panjang dan ubel-ubel pashmina. Kenapa ubel-ubel ? Karena ribet banget, melorot lagi melorot lagi, sehingga saya ubel-ubel sekeliling leher dan begitu tausiah ulama selesai saya cepat-cepat mencopotnya dan menjejalkan ke tas tangan.
(Pashmina  : Semacam kain selendang kira-kira berukuran 70 cm x 175 cm buatan India )
Perubahan perlahan terjadi ketika saya melihat teman-teman majelis taklim berubah menjadi keren dan elegan ketika berbusana muslim. Kerudungnya rapi-rapi, tidak nampak sehelai rambut keluar mengintip dari kerudung berpeniti rapi itu. Sungguh saya takjub karena sehari-hari mereka biasa berbusana t-shirt dan jeans, berambut pendek dan berkeringat karena harus nyetir sendiri untuk mengantar anak sekolah, les dan belanja. Bahkan ada beberapa dari mereka  yang wara-wiri menggunakan tank-top dengan rambut ala Barbie yang bergelombang dan dicat warna-warni.
Ingin mencoba, itulah awalnya. Selain itu  tertantang melihat beberapa teman semajelis taklim yang rumahnya relatif lebih jauh dari tempat pengajian tetapi kok sanggup berdandan seapik itu.
Hingga ketika tiba pengajian bulan berikutnya, saya memaksakan diri berbelanja busana muslim yang murah tapi enak dipakai di suatu toserba dekat rumah. Alasannya kalau ternyata saya nggak suka, ya nggak terlalu menyesal.  Kerudung, peniti dan penjepit kerudungnyapun saya beli disitu.  Beruntung pegawai toserba mau membantu, bahkan dia menjadi tutor berkerudung cekek (mengambil istilah bapak Prof. Dr. Aam Amirudin yang mengomentari gaya kerudung diikat ketat di leher ), karena gaya kerudung itulah yang sedang ngetrend waktu itu.
Berpenampilan baru ternyata membuat saya deg-degan seolah berbaju baru di hari Raya. Apakah hasilnya nampak keren dan elegan? Sayang sekali tidak! Apalagi  hasil  berfoto dengan seorang teman menunjukkan ciput (penahan rambut ketika berkerudung) ternyata balap lari dengan kerudung dan rambut. Waw…….  foto itu langsung saya gunting tepat dibagian saya berada.
Tetapi anehnya saya kok merasa nyaman.  Memang agak gerah, tapi tanpa berjilbabpun kita sering gerah bukan. Rasa nyaman itu yang ingin saya rasakan lagi, jadi saya mulai membongkar lemari, mencari baju yang layak disebut baju muslim dan menjahit beberapa potong busana muslim pada penjahit langganan. Sayang waktunya bertepatan menjelang Ramadhan sehingga saya pun gigit jari.
Keesokan harinya karena sudah memantapkan diri, saya menjemput  sibungsu pulang sekolah  dengan berbusana muslim lengkap. Wahhhh….baru terasa lamanya menggunakan kerudung, dan duh rasanya tersiksa sekali karena supaya rapi saya mengikat kerudung disekitar leher dengan erat. Itupun saya yakin jauh dari sempurna.
Ternyata teman-teman lain yang kebetulan berjilbab bereaksi melihat saya berjilbab, sayapun tersadar mengapa mereka no comment ketika di pengajian kemarin, mungkin mereka pikir , ach cuma temporer, pasti besok kembali ke busana nonmuslim.
“Aduh Maria, kamu cantik. Gini deh kerudungnya dijepit kaya gini, bla bla bla……..
Sungguh saya terharu dan merasa berterima kasih dengan sikap mereka, tidak terbayangkan apabila mereka berkata :
“Na gitu dong, muslimah itu harus berjilbab.” Kalimat pendek ini pastinya bakal menikam bak sembilu, walaupun diucapkan dengan nada main-main.
Sambutan aneh justru saya dapat dari teman yang belum berjilbab : “Sekarang ngajinya yang rajin dong, kan udah berjilbab.”
Komentar yang saya abaikan karena apa gunanya ? Toh saya yang menjalani. Toh saya sudah mengantungi tiket paket Kajian Islam Intensif yang diajar  langsung oleh Prof. Dr. Aam Amirudin, beliau selalu memberi solusi-solusi yang arif dan menenangkan.
Misalnya, kasus kerudung cekek yang dikenakan ibu-ibu berbusana muslim sekitar 5 tahun yang lalu, pak Aam berkomentar : “Biarlah nanti juga berubah, bagaimanapun harus disyukuri bahwa ibu-ibu sudah berbusana muslim.”
Komentar yang terbukti kebenarannya, karena gaya kerudung seperti itu sekarang sudah langka alias ketinggalan jaman.
Kasus lain adalah gaya anak-anak muda berjilbab, kerudungnya tidak diikat erat seperti kami. Hanya berpeniti di dada dan dibiarkan menjuntai.  Kadang tertiup angin kebelakang. Keren sekali. Apalagi mereka masih langsing-langsing, mengenakan celana jeans ketat yang kala itu melorot dipinggang dan cardigan bewarna cerah yang lembut menutup tubuh mereka. Sayang, setiap mereka turun dari angkutan umum, celana jeans mereka tertarik kebawah dan (maaf) terlihatlah belahan pantat terkadang celana dalam walaupun mereka sudah berusaha menutupnya.
Apa komentar pak Aam mengenai fenomena ini ? Tetap menyejukkan !
“Biarkan dulu, selalulah bersyukur untuk setiap langkah awal. Bagaimana mungkin anak-anak akan menurut kalau kita otoriter dengan mengatakan cara berbusananya salah. Karena menurut mereka, orang tua tuh jadul. Kiblat busana mereka adalah teman-temannya. Jangan harap mereka berbusana seperti ibunya”
Komentar yang menimbulkan derai tawa sekaligus jitu, karena seiring berlalunya mode celana jeans melorot kebawah, anak-anak muda kembali berbusana normal, memenuhi kaidah estetika dan etika.  Beberapa masih ada yang pas badan tapi tidak terlalu ketat hingga menimbulkan pandangan menggoda dan siutan nakal.
Komunikasi , itu kata kuncinya. Komunikasi yang sehat, karena bagaimana mungkin mereka akan menurut apabila kita memotret pantat mereka ketika turun dari angkutan umum dan mempublikasikannya kemudian berkata itu salah, bla, bla, bla……..
“Siapa sih lo, sok suci ! Yang mau masuk surga kan gue, kenapa urusan banget !” semacam itulah pasti jawaban mereka.
Hingga detik ini anak perempuan saya belum berjilbab, dan saya sadar, baru 5 tahun saya berjilbab, itupun belum sempurna. Bagaimana mungkin saya mengharap lebih ? Apa jawaban saya apabila dia bertanya : “ Mengapa mama menyuruh saya berjilbab ? Supaya mama masuk surga ?”
Mungkin pertanyaan itu tak terucap, mungkin hanya didalam hati. Tetapi pertanyaan yang wajar.  Bukankah  kita sering melakukan amal ibadah dengan berpengharapan pahala ? Kita menegur orang yang berbuat salah dengan dasar :
Berbuatlah yang terbaik menurut agamamu. Cegahlah perbuatan yang salah itu :
1. dengan tindakan
2. dengan perkataan
3. Mencegahnya dari dalam hati (selemah-lemahnya iman)

Tidak ada yang salah dengan tindakan. Tidak ada yang salah dengan perkataan, bahkan andai hanya mencegah dalam hati. Pamrih yang berupa pahalalah yang menyesatkan hingga seseorang hantamkromo. Padahal junjungan kita, Nabi Muhammad saw banyak memberi teladan bagaimana seharusnya bersikap. Bahwa komunikasi yang sehat dan berkualitaslah yang harus dikedepankan.
Sehingga ketika kita melihat Najwa Shihab tidak berjilbab padahal dia  putri seorang pakar tafsir Al Quran, Prof.Dr. Quraish Shihab, harusnya kita menghormati dan menghargai.
Najwa Shihab pasti punya alasan tertentu, tetapi bukan berarti dia tak berbakti.
Prof.Dr.Quraish Shihab pun pasti punya alasan, mengapa dia menghargai pendapat anaknya untuk tidak berjilbab seperti Sandrina Malakiano yang memilih berjilbab dan mundur dari Metro TV.
Bukan hak kita untuk menilai dan menghakimi bahkan apabila kita manusia suci yang mendapat garansi masuk surga.
Tetapi saya meyakini satu hal, Prof. Dr. Quraish Shihab sangat menyayangi anaknya sehingga  pasti sudah menyampaikan pesan Al Quran dengan tindakan, ucapan atau hanya dalam hati. Tetapi beliau mempercayai  proses. Percuma saja Najwa Shihab berjilbab tapi tidak ikhlas. Percuma saja Najwa Shihab berjilbab bertumpuk-tumpuk tetapi tanpa esensi. Perjalanan menuju  muslim yang kaffah itulah yang terpenting. Perjalanan yang memerlukan proses.
Mengapa saya begitu yakin pada proses ? Karena percaya atau tidak, walaupun saya mengikuti begitu banyak pengajian dan hampir tiap pagi mendengar ceramah pagi Prof.Dr. Aam Amirudin, Aa Gym atau Prof. Dr. Miftah Faridl. Tetapi setahun sesudah berjilbab saya baru tahu bahwa mengenakan jilbab itu wajib dan tercantum dalam Al Quran (Qs. An-Nur (24) :31 ) dan (Qs. Al-Ahab (33) :59). Itupun terjadi pada peragaan busana muslim dimana  sang perancang  Enny Kosasih membagikan foto-copy kedua surat tersebut. Sambil memohon maaf apabila ada yang tidak berkenan. Suatu tindakan manis.

sumber : http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2010/11/12/berjilbab-dan-sayapun-mengerti-mengapa-najwa-shihab-tidak-memakainya-318497.html

MAKALAH SUMBER ILMU PENGETAHUAN DAN METODENYA

MAKALAH

SUMBER ILMU PENGETAHUAN DAN METODENYA












Disusun oleh :
Nama : Naufal Syauqi
NIM : 11622045
Kelas : A Sore



FAKULTAS TEKNIK PRODI INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT pencipta alam semesta yang menjadikan bumi dan isinya dengan begitu sempurna. Tuhan yang menjadikan setiap apa yang ada dibumi sebagai penjelajahan bagi kaum yang berfikir. Tidak lupa sholawat serta salam kami curahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman. Dan sungguh berkat limpahan rahmat -Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini demi memenuhi tugas mata kuliah Al-islam Dan Kemuhammadiyaan III.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi lebih baiknya kinerja saya yang akan mendatang.
Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.

Gresik,     Mei 2013

Penyusun











BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
            Pengetahuan adalah segala hal yang manusia ketahui tentang sesuatu objek sementara objek yang dapat diketahui oleh manusia, menurut epistemologi Islam seperti telah dijelaskan di muka, mencakup objek-objek fisik, inderawi, dan objek-objek non-fisik, metafisik. Dengan begitu, hubungan antara pengetahuan dan objek sangat erat, yaitu tidak akan ada pengetahuan tentang sesuatu objek (fisik atau non-fisik) bila objek itu sendiri tidak ada. Ketika kita bertanya dari mana objek yang kita ketahui itu berasal, maka kita sebenarnya berbicara tentang sumber pengetahuan.
Dalam kajian ini sumber pengetahuan dikaitkan dengan akal dan wahyu: bagaimana posisi akal dan wahyu dalam pengembangan ilmu—ilmu dibedakan dari pengetahuan, karena ilmu adalah disiplin pengetahuan yang relatif lebih teratur dan terorganisasikan (Santoso, 1992: 12). Dengan pertanyaan yang lebih spesifik, apakah akal dan wahyu itu bisa menjadi sumber pengetahuan dan/atau metode.
Bila kembali ke epistemologi Islam maka akal jelas-jelas merupakan daya yang dikaruniakan Tuhan kepada manusia dan bila diaktualisasikan untuk mengabstraksi makna universal dari data-data inderawi dan menyimpulkan dari yang diketahui menuju yang tidak diketahui, maka dia akan menjadi sarana untuk memperoleh pengetahuan. Di sini akal jelas berperan sebagai metode keilmuan. Sekarang, bisakah akal berfungsi juga sebagai sumber pengetahuan? Bila produk dari aktualisasi akal, berupa abstraksi makna universal dari data-data inderawi tentang suatu objek (seperti teori fisika) dan/atau berupa kesimpulan silogistik (seperti ide-ide besar), tidak lain adalah pengetahuan, maka akal berperan sebagai sumber pengetahuan, dalam pengertian bahwa ide-ide besar itu lahir (berasal) dari akal yang diaktualisasikan, begitu juga teori-teori fisika walau sumber pertamanya adalah empiri yang inderawi.
Bagaimana dengan wahyu? Sebagaimana telah diungkapkan di penghujung kajian tentang epistemologi Islam, wahyu adalah modus tertinggi pengetahuan dzauqî, produk metode intuitif atau pendekatan hati. Dengan demikian, sulit dikatakan bahwa wahyu berperan sebagai metode keilmuan. Wahyu yang merujuk kepada suatu unit pernyataan tertulis—bersifat transendental karena berasal dari Tuhan—yang memuat penjelasan-penjelasan tentang asal-usul, hakikat dan tujuan hidup manusia dan alam, serta seperangkat aturan untuk membimbing tindakan baik individual maupun kolektif  lebih tepat berperan sebagai sumber pengetahuan. Wahyu, dalam bentuk konkritnya al-Qur’an dan Hadis, ternyata tidak saja menjadi sumber pengetahuan bagi objek-objek yang non-fisik, non-material atau metafisik, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan bagi objek-objek yang bersifat fisik, inderawi. Karena, salah satu dari tiga kemukjizatan al-Qur’an, misalnya, menurut penelitian M. Quraish Shihab (1997: 166-75), adalah isyarat-isyarat ilmiah yang dikandungnya, seperti isyarat tentang reproduksi manusia [Q.S. al-Najm (53): 45-46; al-Wâqi`ah (56): 58-59); al-Qiyâmah (75): 36-39; al-Insân (76): 2], kejadian alam semesta [Q.S. al-Anbiyâ’ (21): 30; al-Dzâriyât (51): 47; al-Ghâsyiyah (88): 17-18], dan lain-lain. Lebih dari itu, tengah dikembangkan juga model membangun teori ilmu sosial dengan menjadikan wahyu, di samping perilaku manusia, sebagai sumber pengetahuan (baca Safi, 1996: 174-77; Santoso, 1997:11-15).
Apa yang telah dijelaskan di atas tentang sumber pengetahuan, menurut epistemologi Islam, sebenarnya pada perspektif praksis pengembangan ilmu. Pada perspektif filosofisnya, sumber pengetahuan yang esensial adalah Allah karena Dialah pemilik khazanah pengetahuan yang disebut Al-`Ilm, sehingga salah satu nama Allah adalah Al-`Alîm yang artinya “Yang Maha Mengetahui [Q.S. al-Mâ’idah (5): 97; al-Mulk (67): 26]. Pengetahuan-Nya melampaui semua gejala, materi dan alam semesta, baik yang terlihat oleh manusia maupun yang tidak terlihat [Q.S. al-Hasyr (59): 22]. Manusia yang memperoleh mandat untuk menjadi khalîfah-Nya di muka bumi dianugerahi ilmu pengetahuan melalui pemburuan sebagian rahasia khazanah pengetahuan yang disebut Al-`Ilm tadi. Untuk itu, Allah memberinya daya/sarana untuk memperoleh pengetahuan: indera, imajinasi, akal dan hati, di samping menampakkan sebagian khazanah pengetahuan-Nya—al-Qur’an menyebut penampakan tersebut dengan âyât, tanda atau fenomena/gejala—baik dalam bentuk fenomena qauliyyah berupa wahyu-Nya yang tersurat dalam al-Qur’an [Q.S. Ali `Imrân (3): 164] maupun dalam bentuk fenomena kawniyyah yang terdapat dalam alam semesta dan diri manusia sendiri [Q.S. Fushshilat (41): 53] (Santoso, 1992: 13; Cf. al-Attas, 1989: 9-13).

RUMUSAN MASALAH
1.Apa yang dimaksud dengan sumber pengetahuan dan metodenya.
2.Bagaimana cara kita memperoleh sumber pengetahuan.
3.Untuk apa sumber pengetahuan itu diperoleh.

TUJUAN PENULISAN
1.Untuk mengetahui apa saja sumber ilmu pengetahuan dan apa metodenya.
2.Untuk mendapatkan Sumber pengetahuan dari berbagai bidang dan manfaat sumber pengetahuan.
3.Agar kita mampu memperoleh sumber pengetahuan yang baik dan tidak menyalagunakannya.

MANFAAT PENULISAN
1. Kita mampu mempelajari ilmu dengan sumber pengetahuan.
2. Kita tidak akan sesat dengan cara tidak mempelajari sumber-sumber pengetahuan yang tidak baik.
3.Kita tahu apa saja sumber pengetahuan yang baik dan mengamalkannya.























BAB II
PEMBAHASAN

 ILMU PENGETAHUAN
            Ilmu pengetahuan adalah suatu sistem pengetahuan dari berbagai pengetahuan, mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan atau sistem dari berbagai pengetahuan. James menjelaskan, ilmu pengetahuan adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual yang saling berkaitan dan telah berkembang sebagai hasil percobaan dan pengamatan. Ilmu pengetahuan tidak dipahami sebagai pencarian kepastian, melainkan sebagai penyeledikan yang berkesinambungan.
Ilmu pengetahuan juga bisa merupakan upaya menyingkap realitas secara tepat dengan merumuskan objek material dan objek formal.Upaya penyingkapan realitas dengan memakai dua perumusan tersebut adakalanya menggunakan rasio dan empiris atau mensintesikan keduanya sebagai ukuran sebuah kebenaran (kebenaran ilmiah). Penyingkapan ilmu pengetahuan ini telah banyak mengungkap rahasia alam semesta dan mengeksploitasinya untuk kepentingan manusia.
Dewasa ini, ilmu pengetahuan yang bercorak empiristik dengan metode kuantitatif (matematis) lebih dominan menduduki dialektika kehidupan masyarakat. Hal ini besar kemungkinan karena banyak dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran positivistiknya Auguste Comte yang mengajukan tiga tahapan pembebasan ilmu pengetahuan.Pertama, menurut Auguste Comte ilmu pengetahuan harus terlepas dari lingkungan teologik yang bersifat mistis. Kedua, ilmu pengetahuan harus bebas dari lingkungan metafisik yang bersifat abstrak. Ketiga, ilmu pengetahuan harus menemukan otonominya sendiri dalam lingkungan positifistik.
Bentuk Ilmu Pengetahuan
Menurut beberapa pakar, ilmu pengetahuan didefinisikan sebagai rangkaian aktifitas berfikir dan memahami dengan mengikuti prosedur sistematika metode dan memenuhi langkah-langkahnya. Dengan pola tersebut maka akan dihasilkan sebuah pengetahuan yang sistematis mengenai fenomena tertentu, dan mencapai kebenaran, pemahaman serta bisa memberikan penjelasan serta melakukan penerapan.
Secara garis besar, ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua bentuk, yakni ilmu eksakta dan ilmu humaniora. Ilmu eksakta adalah spesifikasi keilmuan yang menitikberatkan pada hukum sebab akibat. Penilaian terhadap ilmu-ilmu eksakta cenderung memakai metode observasi yang digunakan sebagai cara penelitiannya dan mengukur tingkat validitasnya. Dengan model tersebut, penelitian terhadap ilmu-ilmu eksakta sering mendapatkan hasil yang objektif. Sedangkan ilmu humaniora merupakan spesifikasi keilmuan yang membahas sisi kemanusian selain yang bersangkutan dengan biologis maupun fisiologisnya. Hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan ini lebih tertitik tekan dalam masalah sosiologis dan psikologisnya.
Menurut Jujun, cabang atau bentuk ilmu pada dasarnya berkembang dari cabang utama, yakni filsafat alam yang kemudian berafiliasi di dalamnya ilmu-ilmu alam (the natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang menjadi menjadi cabang ilmu-ilmu social (the social sciences). Dari kedua cabang tersebut, klasifikasi keilmuan menjadi kian tak terbatas. Diperkirakan sampai sekarang ini, terdapat sekitar 650 cabang keilmuan yang masih belum banyak dikenal  Kepesatan kemajuan perkembangan ilmu ini demikian cepat, hingga tidak menutup kemungkinan sepuluh tahun ke depan, klasifikasi keilmuan bisa mencapai ribuan jumlahnya.
Sekian banyak jumlah cabang keilmuan tersebut, bermula dari ilmu alam yang membagi diri menjadi dua kelompok, yakni ilmu alam (the physical sciences) dan ilmu hidup (hayat/the biological sciences) Ilmu alam ini bertujuan untuk mempelajari zat yang membentuk alam semesta. Ilmu ini kemudian membentuk rumpun keilmuan yang lebih spesifik, misalnya sebagai ilmu fisika yang mempelajari tentang massa dan energi, ilmu kimia yang membahas tentang substansi zat, ilmu astronomi yang berusaha memahami kondisi benda-benda langit dan ilmu-ilmu lainnya. Dari rumpun keilmuan ini kemudian membentuk ranting-ranting baru, seperti kalau dalam fisika ada yang namanya mekanik, hidrodinamika, bunyi dan seterusnya yang masih banyak lagi ranting-ranting kecil.
Disiplin keilmuan tersebut di atas terlahir dari beberapa sumber. Ilmu pengetahuan yang terlahir dari sumber yang berdampak pada perbedaan dari masing-masing jenis keilmuan. Meskipun demikian tidak semua orang mempercayai dan mengakui keilmuan seseorang yang kebetulan muncul dari sumber yang tidak diyakini oleh kebanyakan masyarakat. Misalnya ilmu ladunniy yang diyakini adanya di kawasan Timur namun tidak dipercaya di daerah Barat.
Dalam buku Filsafat Ilmu karya Amsal Bakhtiar dikatakan bahwa ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa sumber ilmu pengetahuan keluar dari empat hal Pertama adalah Empirisme, menurut aliran ini seseorang bisa memperoleh pengetahuan dengan pengalaman inderawinya. Dengan indera manusia bisa menghubungkan hal-hal yang bersifat fisik ke medan intensional, atau menghubungkan manusia dengan sesuatu yang kongkret-material. Kedua adalah Rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwa akal merupakan satu-satunya sumber kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang diakui benar semata-mata hanya diukur dengan rasio.
Ketiga adalah intuisi. Menurut Henry Bergson yang dikutip oleh Bakhtiar, intuisi adalah hasil evolusi dari pemahaman yang tertinggi. Intuisi ini bisa dikatakan hampir sama dengan insting, namun berbeda dalam tingkat kesadaran dan kebebasannya. Untuk menumbuhkan kemampuan ini, diperlukan usaha dan kontinuitas latihan-latihan. Ia juga menambahkan bahwa intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis yang meliputi harus adanya analisis, menyeluruh, mutlak dan lain sebagainya. Karena itu, intuisi adalah sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Keempat adalah wahyu, sumber ini hanya khusus diperoleh melalui para Nabi yang menerima pengetahuan langsung dari Tuhan semesta alam. Para Nabi memperoleh pengetahuan tanpa upaya dan tanpa memerlukan waktu tertentu. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan.

METODE PENGETAHUAN
Metode Ilmiah
Seseuatu dianggap ilmiah apa bila memiliki patokan yg merupakan rambu2 untuk menentukan benar atau salah.
Ilmu pengetahuan dianggap Alamiah apabila memenuhi 4 syarat yaitu
• Objektif Pengetahuan itu sesuai dengan Objek
• Metodik Pengetahuan itu diperoleh dengan cara2 tertentu dan terkontrol
• Sistemati Pengetahuan ilmiah itu tersusundalam suatu system, tidak berdiri sendiri satu sama lain saling berkaitan ,saling menjelaskan,sehingga keseluruhan menjadi kesatuan yg utuh.
• Berlaku Umum/ Universal Pengetahuan tidak hanya diamati hanya oleh seseorang atau oleh beberapa orang saja ,tapi semua org dengan eksperimentasi yg sama akan menghasilkan sesuatu yg sama atau konsisten.
Ada 2 pokok untuk memperoleh pengetahuan yaitu
1. Empiris Yaitu pengetahuan yg disusun berdasarkan pada pengalaman, paham yg dikembangkan disebut Empiris. Bagi kaum rasionalis berpendapat pengetahuan manusia diperoleh melalui penalaran rasional yg abstrak,namun diperoleh melalui pengalaman yg kongkrit.

2. Rasionalisme
Yaitu suatu cara yg didasarkan pada suatu rasio. Padanganya menyatakan rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala pengertian hanya rasio sajalah yg dapat membawa orang kepada kebenaran dan dapat memberi petunjuk dalam segala jalan pikiran

* Para ahli memberikan rumusan untuk memperoleh pendidikan dengan 4 hal
• Skiptisime
Tidak ada cara yg sah untuk mendapatkan ilmu, karena kemampuan indra dan akal manusia terbatas.
• Doubth Aliran ini merupakan awalan dari Rasionalisme dan empirisme. Aliran ini mengunakan kerangka sebagai jembatan menuju kepastian.
• Rasionalisme Aliran ini mengadalkan kemampuan akal semata, karena kemampuan indra dianggap terbatas
• Empirisme Aliran ini menekankan kemampuan indra untuk memperoleh ilmu. Untuk menguji apakah indra benar atau salah , dilakukan pengujian dengan percobaan.

2. Metode Ilmiah Kelebihan dan kekurangan ilmu ilmiah ditentukan dgn metode.

1. Sifat
a. Bertujuan, tujuan sebagai arah dan target yg hendak dicapai
b. Sistematik
c. Objektif
d. Logis
e. Empiris
f. Reduktif Replicable dan Transmitable
g. Penjelasan singkat menjurus kekehidupan yg bahagia

2. Sikap Ilmiah
1. Menurut syamsudi dan Vismaia Damaianti Sikap ilmiah antara lain: ingin tahu yg tinggi, kritis, terbuka, objektif, rela menghargai orang lain, berani mempertahankan kebenaran, menjangkau kedepan

2. Menurut Heri purnama, Chiri khas ilmu pengetahuan yg bersifat objektif, metodik, sistematik dan berlaku umum akan membimbing manusia pada sikap ilmiah yg terpuji antara lain.
• Mencitai kebenaran yg bersifat objektif bersikap adil akan menjurus kearah kehidupan yg bahagia
• Menyadari bahwa kebenaran ilmu itu tidak absolute
• Ilmu pengetahuan membibing kita untuk berfikir tidak prasangka tetapi berfikir secara terbuka
• Dengan ilmu pengetahuan orang lalu tidak percaya tahayul, astrologi,karena segala sesuatu yg terjadi melalui proses teratur
• Metode iolmiah membibing kita agar tidak langsung percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya suatu bukti2 yg nyata
• Metode ilmiah membibing seorang peneliti untuk bersikap optimis, teliti, dan berani mebuat suatu pernyataan yg menuruti keyakinan ilmiah kita adalah benar.

c. Keterbatasan Dan Keunggulamn Mtode Ilmiah

1. Keterbatasan Indra Manusia Penglihatan, pendengaran, pengecapan, pembauan, pengidraan, pengindraan dalam, dan keterbatasan ruang dan waktu. Metode ilmiah tidak mampu menjangkau dalam membuat kesimpulan tentang baik dan buruknya(system nilai), termasuk tidak dapat menjangkau seni dan keindahan

2. Keungulan Metode ilmiah
a. Memiliki rasa ingn tahu/kuriositas yg tinggi dan kemampuan belajar yg besar
b.Tidak menerima kebenaran tanpa bukti
c. Jujur
d. Terbuka
e. sekiptis(bersikap hati2)
f. Optimis
g. Pemberani, kreatif swadaya

d. Langkah-langkah Oprasionalo Metode Ilmiah

Langkah Pemecah masalah atau prosedur ilmiah dapat dirinci sebagai berikut :
1) Pengindraan Merupakan langkah pertama dari metode ilmiah segala sesuatu yg tidak dapat diindera, tidak dapat diselidiki oleh ilmu alamiah
2) Masalah/problem Setelah pengindraan dilakukan, maka langkah berikutnya adalah menemukanya masalah.
3) Hipotesis Pertanyaan yg tepat akan menghasilkan suatu jawaban dan jawaban itu bersifat sementara yg merupakan suatu dugaan.
4) Eksperimen Melakukan uji coba apa yg menjadi obyek penelitian.Langkah2 tersebut yg lebih rinci adalah :
Perumusan Masalah Jelas Dan Arah Hal ini untuk menghidari biasan masalah maka memerlukan kejelasan arah dan batas2 rumusan masalah
 Peyusunan Hipotesis Jadi hipotesis adalah kebenaran yg masih rendah,
Pengajuan Hipotesis Untuk melakukan pengujian hipotesis, perlu adanya pengajuan Hipotesis, untuk melakukan pengajuan ini kita harus mengumpulkan fakta2 yg diuperoleh melalui pengamatan langsung, dan eksperimen.
 Penarikan kesimpulan Merupakan hasil alhir dari penelitian yg dilakukan pd saat itu.



















BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pengetahuan adalah segala hal yang manusia ketahui tentang sesuatu objek sementara objek yang dapat diketahui oleh manusia, menurut epistemologi Islam seperti telah dijelaskan di muka, mencakup objek-objek fisik, inderawi, dan objek-objek non-fisik, metafisik. Dengan begitu, hubungan antara pengetahuan dan objek sangat erat, yaitu tidak akan ada pengetahuan tentang sesuatu objek (fisik atau non-fisik) bila objek itu sendiri tidak ada. Ketika kita bertanya dari mana objek yang kita ketahui itu berasal, maka kita sebenarnya berbicara tentang sumber pengetahuan.

SARAN
            Demikian yang dapat saya sampaikan dalam makalah ini semoga bermanfaat bagi kita semua khususnya para pembaca dan penulis, saya mohon kritik dan saran yang dapat membangun makalah ini dan saya sampaikan banyak terimah kasih.